Tahun 2005 , muncul seorang penyanyi perempuan di Indonesia yang menantang norma pasar dengan mengusung musik gelap dan dingin melalui album ‘Frozen Love Songs’ yang dikemas ulang dengan judul ‘Defrosted Love Songs’. TIKA namanya. Banyak yang mempertanyakan mengapa seorang penyanyi dengan kualitas vokal kelas satu seperti TIKA memilih jalur independen yang konon tak seberapa komersil? Hanya TIKA yang tau jawabannya. Yang pasti ia telah mendobrak klise Diva di Indonesia dan memahat reputasi sebagai salah satu penyanyi perempuan paling berbahaya di masanya.
Setelah hibernasi panjangnya, kini TIKA telah kembali dengan album terbarunya yang bertajuk ‘the Headless Songstress’.TIKA tidak sendirian lagi kali ini. Ia menggandeng tiga musisi yang dibaptis dengan nama the Dissidents sebagai partnernya dalam album ‘the Headless Songstress’. “Sekarang tidak memakai nama TIKA lagi, tapi berubah jadi TIKA & the dissidents,” ia menjelaskan. Mereka adalah Susan Agiwitanto (bass) Okky Rahman Oktavian (drum) dan Luky Annash (piano). The Dissidents pula lah yang turut berperan atas perubahan musik TIKA yang melompat jauh dari karya-karya sebelumnya. “Kira-kira 60% materi album ini dibuat TIKA bersama-sama dengan the Dissidents,” tutur Susan sang bassist. Bahkan kali ini TIKA yang dikenal dengan akrobat vokalnya, memilih bernyanyi lebih santai untuk mengimbangi the Dissidents. Dua gitaris dari kubu jazz dan postrock juga digamit TIKA untuk memproduseri album ini. Iman Fattah, gitaris band Zeke & the Popo, dan Nikita Dompas gitaris jazz muda berbakat. Mereka lah yang membungkus lagu-lagu TIKA & the dissidents menjadi sebuah paket musik yang kaya bumbu dalam album ‘the Headless Songstress’.
TIKA untuk album ini . Apabila dulu ia dikenal dengan lirik galaunya, kali ini TIKA banyak melempar kritik sosial dengan sarkasme yang nakal namun tajam. Di lagu ‘Polpot’ misalnya, TIKA mengangkat pembantaian intelektualitas massal oleh televisi. Di lagu ‘Red Red Cabaret’, ia menyentil polah selebriti yang haus ketenaran. Lagu ‘Clausmophobia’ menyindir kemunafikan masyarakat menyikapi homoseksualitas. Dan tentu yang paling jelas terasa adalah lagu ‘Mayday’ yang bertema hari buruh.
sumber:http://omuniuum.net/cd-the-headless-songstress-tika-the-dissidents/
www.suaratika.com
dan pada tanggal 30 april lalu Tika and the dissidents bertandang ke jogja national mesuem (JNM) untuk mengumandangkan promo album ‘the Headless Songstress’ dengan live perform yang bertajuk 'HEADHUNTING II' ,tika tidak datang sendiri dia mengajak Anda "bunga" untuk berkolaborasi serta membagi panggungnya bersama Frau -so check it out-

Setelah hibernasi panjangnya, kini TIKA telah kembali dengan album terbarunya yang bertajuk ‘the Headless Songstress’.TIKA tidak sendirian lagi kali ini. Ia menggandeng tiga musisi yang dibaptis dengan nama the Dissidents sebagai partnernya dalam album ‘the Headless Songstress’. “Sekarang tidak memakai nama TIKA lagi, tapi berubah jadi TIKA & the dissidents,” ia menjelaskan. Mereka adalah Susan Agiwitanto (bass) Okky Rahman Oktavian (drum) dan Luky Annash (piano). The Dissidents pula lah yang turut berperan atas perubahan musik TIKA yang melompat jauh dari karya-karya sebelumnya. “Kira-kira 60% materi album ini dibuat TIKA bersama-sama dengan the Dissidents,” tutur Susan sang bassist. Bahkan kali ini TIKA yang dikenal dengan akrobat vokalnya, memilih bernyanyi lebih santai untuk mengimbangi the Dissidents. Dua gitaris dari kubu jazz dan postrock juga digamit TIKA untuk memproduseri album ini. Iman Fattah, gitaris band Zeke & the Popo, dan Nikita Dompas gitaris jazz muda berbakat. Mereka lah yang membungkus lagu-lagu TIKA & the dissidents menjadi sebuah paket musik yang kaya bumbu dalam album ‘the Headless Songstress’.
TIKA untuk album ini . Apabila dulu ia dikenal dengan lirik galaunya, kali ini TIKA banyak melempar kritik sosial dengan sarkasme yang nakal namun tajam. Di lagu ‘Polpot’ misalnya, TIKA mengangkat pembantaian intelektualitas massal oleh televisi. Di lagu ‘Red Red Cabaret’, ia menyentil polah selebriti yang haus ketenaran. Lagu ‘Clausmophobia’ menyindir kemunafikan masyarakat menyikapi homoseksualitas. Dan tentu yang paling jelas terasa adalah lagu ‘Mayday’ yang bertema hari buruh.
sumber:http://omuniuum.net/cd-the-headless-songstress-tika-the-dissidents/
www.suaratika.com
dan pada tanggal 30 april lalu Tika and the dissidents bertandang ke jogja national mesuem (JNM) untuk mengumandangkan promo album ‘the Headless Songstress’ dengan live perform yang bertajuk 'HEADHUNTING II' ,tika tidak datang sendiri dia mengajak Anda "bunga" untuk berkolaborasi serta membagi panggungnya bersama Frau -so check it out-



Tidak ada komentar:
Posting Komentar